Penulis: Rifdahnailah Larasati
Bandung- Masyarakat Sunda pasti sudah tidak asing dengan lagu pengiring tari jaipong, bukan? Musiknya yang berirama, bertempo cepat, dan diiringi rampak gendang dapat membangkitkan semangat pendengarnya.
Ada banyak seniman atau komponis seni musik sunda yang karyanya digunakan sebagai pengiring tari jaipong, salah satunya Kang Deru. Pria yang lahir sekitar tahun 80-an ini memiliki nama lengkap Rukmana Saputra. Sebutan 'Kang Deru' ia dapatkan dari kawan-kawan seninya. Lahir dari keluarga yang memiliki kecintaan terhadap seni tradisional, membuat dirinya turut memiliki rasa cinta terhadap seni Sunda.
Di tengah kesibukannya sebagai ASN di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, ia senantiasa berkarya menciptakan lagu-lagu Sunda. Salah satu lagu Sunda yang ia ciptakan dan orang beramai-ramai menggunakannya sebagai pengiring tari adalah Teras Sunda Cibiru.
Lagu ini ia ciptakan sebagai seruan kepada masyarakat bahwa tempat bernama Teras Sunda Cibiru adalah wadah ruang ekspresi bagi seniman untuk terus berkarya. Selain itu, lagu ini juga berisi ajakan kepada seluruh seniman agar senantiasa memperkenalkan seni tradisional kepada khalayak.
Selain lagu Teras Sunda Cibiru, pria lulusan Sekolah Menengah Karawitan Indonesia ini juga memiliki segudang lagu jaipongan lainnya. Lagu-lagu karyanya diterima baik oleh masyarakat terutama para sanggar se-Jawa Barat. Diantaranya lagu „Bentang Bandung‟, „Paris Van Java‟ yang menggambarkan keindahan Kota Bandung di malam hari seperti Kota Paris, „Sunda Wani‟ yang menceritakan keberanian orang-orang sunda, serta „Bandung Mesat‟ yang menggambarkan perkembangan Kota Bandung dari waktu ke waktu.
Proses pembuatan lagu tentu tak bisa dipaksakan. Dalam prosesnya, ia menyampaikan gagasan atau ide seringkali muncul dengan sendirinya. Maka ketike ide dan gagasan muncul sesegera mungkin di simpan di Handphone agar tidak hilang dan lenyap.
“Ketika ada ide dan gagasan muncul seketika langsung jadi tulisan dan baru dieksekusi ketika kumpul dengan teman-teman bahwa ini ada lagu ini. Baru kita buatkan gendingnya seperti apa, ini lagunya seperti ini, posisinya akan seperti apa, sehingga terciptalah sebuah harmonisasi antara lagu dengan gending,” katanya, menjelaskan secara perlahan.
Selain lagu-lagu pengiring jaipongan, ia juga menciptakan lagu sunda lainnya. Dua genre yang pernah ia buat adalah lagu pop sunda dan lagu calung.
Kecintaannya terhadap seni tradisional, tak lepas dari peran serta tokoh yang menginspirasinya. Ia bercerita, tokoh yang menginspirasi dirinya adalah guru-gurunya semasa menempuh pendidikan di sekolah menengah.
“Pak Nono E, lalu Bu Ida Rosida, lalu Pak Engkos Warnika, lalu kepala sekolahnya, Pak Yaya, itu juga memotivasi saya untuk berkarya,” ungkapnya, sambil tersenyum.
Di tengah kencangnya arus globalisasi, ia berharap ke depannya akan semakin banyak generasi muda yang lebih mencintai seni tradisi agar tetap lestari. Generasi muda bisa mulai mencintai seni tradisi dengan cara banyak membaca buku kebudayaan sunda, mengikuti pelatihan baik di sanggar atau komunitas seni, dan memanfaatkan media sosial dengan hal-hal yang positif
Komentar
Posting Komentar